Sabtu, 10 April 2010

FACEBOOK SEBAGAI MEDIA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


Oleh : AH. MUBIN MASDUQI, S.Si
1. Sejarah Peluncuran Facebook
Facebook diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard. Dalam waktu dua minggu setelah diluncurkan, separuh dari semua mahasiswa Harvard telah mendaftar dan memiliki account di Facebook. Tak hanya itu, beberapa kampus lain di sekitar Harvard pun meminta untuk dimasukkan dalam jaringan Facebook. Zuckerberg pun akhirnya meminta bantuan dua temannya untuk membantu mengembangkan Facebook dan memenuhi permintaan kampus-kampus lain untuk bergabung dalam jaringannya. Dalam waktu 4 bulan semenjak diluncurkan, Facebook telah memiliki 30 kampus dalam jaringannya.
Dengan kesuksesannya tersebut, Zuckerberg beserta dua orang temannya memutuskan untuk pindah ke Palo Alto dan menyewa apartemen di sana. Setelah beberapa minggu di Palo Alto. Zuckerberg berhasil bertemu dengan Sean Parker (cofounder Napster), dan dari hasil pertemuan tersebut Parker pun setuju pindah ke apartemen Facebook untuk bekerja sama mengembangkan Facebook. Tidak lama setelah itu, Parker berhasil mendapatkan Peter Thiel (cofounder Paypal) sebagai investor pertamanya. Thiel menginvestasikan 500 ribu US Dollar untuk pengembangan Facebook.
Jumlah account di Facebook terus melonjak, sehingga pada pertengahan 2004 Friendster mengajukan tawaran kepada Zuckerberg untuk membeli Facebook seharga 10 juta US Dollar, dan Zuckerberg pun menolaknya. Zuckerberg sama sekali tidak menyesal menolak tawaran tersebut sebab tak lama setelah itu Facebook menerima sokongan dana lagi sebesar 12.7 juta US Dollar dari Accel Partners. Dan semenjak itu sokongan dana dari berbagai investor terus mengalir untuk pengembangan Facebook.
Pada September 2005 Facebook tidak lagi membatasi jaringannya hanya untuk mahasiswa., Facebook pun membuka jaringannya untuk para siswa SMU. Beberapa waktu kemudian Facebook juga membuka jaringannya untuk para pekerja kantoran. Dan akhirnya pada September 2006 Facebook membuka pendaftaran untuk siapa saja yang memiliki alamat e-mail.
Selain menolak tawaran dari Friendster seharga 10 juta US Dollar, Zuckerberg juga pernah menolak tawaran dari Viacom yang ingin membeli Facebook seharga 750 juta US Dollar, dan tawaran dari Yahoo yang ingin membeli Facebook seharga 1 milyar US Dollar. Tidak ada situs jejaring sosial lain yang mampu menandingi daya tarik Facebook terhadap user. Pada tahun 2007, terdapat penambahan 200 ribu account baru perharinya Lebih dari 25 juta user aktif menggunakan Facebook setiap harinya. Rata-rata user menghabiskan waktu sekitar 19 menit perhari untuk melakukan berbagai aktifitas di Facebook.(www.mubincenter.blogspot.com)

2. Facebook Sebagai Produk Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan ( Science ) akan terus berkembang sejalan

dengan perkembangan dunia teknologi dijagad bumi ini, science bagi sebagian besar manusia adalah penjawab pemasalahan dan memepermudah urusan manusia, sejalan dengan prinsip teknologi yaitu teknologi dihadirkan di muka bumi ini adalah untuk mempermudah urusan manusia, bukan sebalikanya, malah membingungkan, menjadikan masalah, tidak jarang menambah beban/masalah bagi sebagian orang yang belum menguasai teknologi.
Secara sederhana penguasaan manusia terhadap perkembangan teknologi di bagi menjadi tiga : Pertama adalah kelompok orang yang dapat memproduksi teknologi, kelompok ini meliputi orang yang menekuni sain secara spesifik dan memahami betul suatu pengetahuan sehingga menghasilkan produk teknologi. Kedua adalah kelompok orang yang dapat memanfaatkan teknologi, bisa jadi karena tuntutan profesi, sekedar keinginan dan banyak hal lain sehingga seseorang terpacu untuk memanfaatkan produk teknologi. Ketiga adalah kelompok orang yang tidak menguasai teknologi, banyak hal yang menyebabkan seseorang tidak menguasai teknologi seperti tidak ada waktu untuk mempelajari sebuah teknologi, tidak memerlukan hadirnya teknologi, atau lebih dikarenakan sudah merasa terlambat mempelajari teknologi, sehingga suatu ketika bertemu dengan produk teknologi dibenaknya sudah terfikir “tidak mungkin saya bisa seperti itu”. Kelompok ketiga ini sering disebut GAPTEK (gagap teknologi).

Pemahaman kita terhadap produk - produk teknologi semestinya meletakkan pada wilayah yang proporsional, produk-produk itu di ciptakan hasil dari sebuah proses pemahaman dan pendalaman ilmu pengetahuan / sains yang diproyeksikan dengan kebutuhan manusia. Sebagai mahluk yang beragama tentunya hal ini merupakan implementasi ajaran agama untuk memanfaatkan kekayaan alam semesta, karena alam semesta beserta isinya diciptakan untuk mahluk yang mempunyai akal dan menggunakan akalnya, namun yang perlu diperhatikan adalah mempertimbangkan porsi kebaikan dan kejelekan serta tidak berlebih-lebihan.
Sebagai seorang penganut agama sudah semestinya kita memperdalam keilmuan kita, tentu ilmu dengan makna yang luas. pemahaman tentang ilmu yang lebih luas akan memberikan pencerahan pada pikiran akan luasnya ilmu Sang pencipta. Pemahaman bahwa kitab suci sebagai wahyu dari Tuhan dan tidak diragukan lagi kebenarannya adalah dasar untuk mempelajari ilmu pengetahuan, hal ini akan mengarahkan pola fakir bahwa semua ilmu pengetahuan bersumber dari wahyu Tuhan, serta hilangnya pemahaman adanya pemisahan antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum, dengan pemahaman bahwa semua ilmu pengetahuan bersumber dari wahyu Tuhan, maka setiap pemeluk agama harusnya bersemangat untuk senantiasa menuntut ilmu. Semisal seorang muslim yang sedang mendalami ilmu pemprogaman computer, dia akan menjadi progamer handal, dengan kemampuanya dia dapat membuat program-program dikomputer maupun dunia maya (internet) di sisi lain dia juga bisa menghacurkan/merusak program-program pengguna lain, disamping seorang programmer handal dia juga seorang muslim, maka disinilah peran ilmu pengetahuan moral bagi seorang programmer tersebut, dia akan menggunakan kemampuanya untuk hal-hal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama yang dipeluknya.
Facebook sama dengan produk-produk ilmu pengetahuan yang lain seperti HP, E-mail, Telepon, Radio dan lain-lain mempunyai kekurangan dan kelebihan. Tidak heran jika beberapa waktu yang yang lalu sempat ada usulan dari MUI agar facebook diharamkan, hal ini menunjukkan bahwa produk dari teknologi akan bergantung pada user (pengguna) produk tersebut, terkait pengharaman facebook MUI menduga bahwa facebook memberikan peluang bagi seseorang untuk melakukan perselingkuhan, serta kemaksiatan-kemaksiatan yang lain, hal ini membuat para penggemar facebook marah, apalagi yang merasa tidak melakukan hal tersebut atau malah sebaliknya, facebook dijadikan media pemasaran, pertemuan dengan teman lama yang sudah terpisah jarak, aktualisasi diri dalam berbagai bentuk ( keluhan, pemikiran, kritik, saran dll.) dan yang terbaru banyak yang menjadikan facebook sebagai media belajar on line. MUI sebenarnya bermaksud baik yaitu ingin agar produk teknologi jangan sampai disalah gunakan, namun yang menjadi persoalan adalah MUI terlalu mengeneralisir penyalahgunaan produk teknologi tersebut, kalo hal ini dijadikan alasan bisa-bisa Handphone/Hp dapat diharamkan juga karena terbukti bisa dijadikan alat/media untuk melakukan kejahatan semisal terror bom, ancaman kepada orang lain dan sebagainya.

3. Penyikapan Masyarakat Terhadap Facebook
Facebook sebagai media jaringan social, membutuhkan user/pengguna produk teknologi ini, tanpa adanya user maka dapat dipastikan akan berhenti dalam perjalanannya. Pengguna dari facebook sangat beraneka ragam, kalo waktu awal mula diciptakan facebook lebih dikhususkan bagi mahasiswa, namun dalam perkembangannya sudah menjalar kesemua umur, sekarang siwa SD saja sudah banyak yang mempunyai akun facebook. Secara umum sikap masyarakat terhadap kehadiran facebook beraneka ragam mulai dari yang suka bahkan sangat suka, ada yang menentang semisal sebagian anggota MUI, adapula yang acuh terhadap kehadiran produk teknologi yang satu ini.
Pengguna yang menyukai produk teknologi yang satu ini sangat beraneka ragam ada yang sekedar iseng, untuk aktualisasi diri, media pertemanan, tukar pendapat, penyampaian berita dan lain-lain, Namun kedepan produk-produk teknologi harus dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam rangka mempermudah urusan serta tujuan manusia, pemanfaatan facebook dalam dunia pendidikan menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih efisien, tanpa terbatas oleh ruang atau tempat untuk bertatap muka, antara pengajar dan yang diajarkan bisa berdialog terhadap suatu materi pembelajaran, dalam beberapa sekolahan yang gurunya mempunyai akun facebook, hal ini sangat efektif untuk guru terutama untuk guru bimbingan konseling (BK) meskipun belum terbukti secara ilmiah, namun sudah ada beberapa sekolahan yang memanfaatkan facebook sebagai media untuk Bimbingan Konseling siswa. Tidak hanya untuk guru Bimbingan Konseling sebenarnya facebook juga dapat dijadikan media untuk kegiatan belajar mengajar semua mata pelajaran.
Produk teknologi yang satu ini sangat efektif dijadikan media untuk menjalin silaturrahmi civitas akademik dalam suatu lembaga pendidikan, silaturrohim dapat dilakukan oleh civitas aktif maupun para alumni suatu lembaga pendidikan, dapat dijadiakan media penyampaian informasi yang berkaitan dengan lembaga pendidikan, juga berfungsi untuk mengenalkan lembaga pada masyarakat luas tentang keberadaan dan proses kegiatan yang dilakukan dalam lembaga tersebut.

Kesimpulan
Ilmu pengetahuan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, penyikapan dan penggunaan terhadap produk-produk teknologi sangat bergantung pada user/pengguna teknologi itu sendiri, sebagai insan yang beragama disilah peran pengetahuan moral yang bersifat religius menjadi sangat diperlukan dalam penggunaan produk teknologi, pada dasarnya penggunaan produk teknologi seperti Handphone, Facebook, Yahoo Masengger, Blogging, Situs dan lain-lain bagaikan menggunakan pisau yang sangat tajam, jika digunakan untuk kebaikan semisal membuat kerajinan dan memasak maka pisau itu menjadi bermanfaan, namun jika digunakan untuk berbuat kejahatan seperti menodong untuk merampok atau melukai orang lain, maka pisau itu menjadi benda yang harus disingkirkan keberadaanya. Sebagai manusia yang hidup dizaman ini serasa tidak mungkin kita akan menjauh dari kemajuan teknologi, maka penyikapan/penggunaan terhadap teknologi untuk hal-hal positif dan bermanfaat seperti penggunaan facebook sebagai media kegiatan belajar mengajar dan kegiatan-kegiatan yang lebih produktif yang lain merupakan bagian kecil dari penyelasaian untuk menghidari dampak negatif dari hasil teknologi.

Kamis, 08 April 2010

KEUNGGULAN, PROBLEM DAN SOLUSI PENDIDIKAN SEKOLAH BERASRAMA (BOARDING SCHOOL)


A. PENDAHULUAN
Sesungguhnya term pendidikan school bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di Indonesia . Karena sudah sejak lama lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan Boarding School yang diberi nama Pondok Psantren . Pondok Pesantren ini adalah cikal bakal boarding school di Indonesia. Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif ilmu-ilmu keagamaan dengan tingkat tertentu sehingga produknya bias menjadi Kyai atau ustadz yang nantinya akan bergerak dalam bidang dakwah dan keagamaan dalam masyarakat. Di Indonesia terdapat ribuan pondok pesantren dari yang tradisional sampai yang memberikan nama pondok pesantren modern.
Ketika dipertengahan tahun 1990 an masyarakat Indonesia mulai gelisah dengan kondisi generasi bangsa yang cenderung terdikotomi secara ekstrem –yang pesantren terlalu keagamaan dan yang sekolah umum terlalu keduniawian-ada upayauntuk mengawinkan pendidikan umum dan pesantren dengan melahirkan term baru yang disebut Boarding School atau internat yang bertujuan untuk melaksanakan pendidkan yang lebih komprehensif-holistik ,ilmu dunia (umum) dapat dicapai dan ilmu agama juga dikuasai. Maka sejak itu mulai munculah banyak sekolah boarding yang didirikan yaitu SMA Madania di Parung Bogor, SMA Al-Azhar di Lippo Cikarang, SMA Insan Cendekia di Serpong,SMP dan SMA Al-Kautsar di Sukabumi, CMBBS di Pandeglang Banten, dan masih banyak yang lainnya.
Dari banyak sekolah-sekolah boarding school di Indonesia, terdapat tiga corak yaitu, bercorak agama, nasionalis-relegius dan ada yang bercorak nasionalis. Untuk yang bercorak agama terbagi dalam banyak corak,ada yang fundamentalis, moderat sampai yang agak liberal. Hal ini lebih merupakan representasi dari corak keberagamaan di Indonesia yang umumnya mengambil tiga bentuk tersebut. Yang bercorak nasionalis mengadopsi militer karena ingin mentransformasikan pola pendidikan kedisiplinan di militer ke dalam pendidikan sekolah boarding. Sedangkan corak nasionalis-religius mengambil posisi pada pendidikan semi militer yang dipadu dengan nuansa agama dalam pembinaan di sekolah.
Kehadiran boarding school telah memberikan alternative pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya.

B. KEUNGGULAN BOARDING SCHOOL
1. Pogram Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular

terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis, sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan regular. Sebaliknya sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistik dari program pendidikan kaagamaan, academic development, life skill sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis , tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.

2. Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap, sebagai penunjang pencapaian target program pendidikan sekolah berasrama. Dengan fsilitas lengkap sekolah dapat mengekplaitasi potensi unuk membngun lembaga pendidikan yang kompeten dalam menghasilkan output yang berkualitas.

3. Guru Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih baik jika dibandngkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intelektual, social, spiritual, dan kemampuan pedagogis-metodologis,serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahasa asing (arab, inggris).

4. Lingkungan Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam kompleks sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran,tapi semua orang dewasa yang ada di Boarding School adalah guru. Siwa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Begitu juga dalam membangun religious society, maka semua elemen yang terlibat mengimplmentasikan agama secara baik.

5. Siswa Heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat heterogenitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kmampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan nasional dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargi pluralitas.

6. Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolh berasrama yang mengadop pola penidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasrama, mulai dari jaminan kesehatan, pembentengan terhadap NARKOBA, pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.




7. Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang komprehenif-holistik, fasilitas yang memadai, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Sekolah-sekolah berasrama dapat melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejitkan bakat dan potensi individualnya.

C. PROBLEM SEKOLAH BERASRAMA
Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama dalam pengamatan saya masih banyak mempunyai persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama layu sebelum berkembangdan itu terjadi pada sekolah-sekolah boarding perintis. Fakor-faktornya adalah sebagai berikut :

1. Ideology Sekolah Berasrama yang Tidak Jelas
Term ideology saya unakan unuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah religious, nasionlis atau nasionalis-religious. Yang mengambil corak religius sangat beragam dri yang fundamentalis, moderat sampai libral. Masalahnya dalam implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideology trsebut. Hal itu juga serupa dengan nasionalis, tidak mengadop pol-pola pendidikan militer secara utuh, akibatnya terdapt kekerasandalam sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam praktek sekolah berasrama masih belum jelas formatnya.

2. Dikotomi Guru Sekolah vs Guru Asrama (pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama. Perguruan Tinggi tidak mempoduksi guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asramanya sendiri itu dengan pengetahuan yang dimiliki lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengajar mta pelajarannya, sementara guu pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi tersebut harus melekat dalam sekolah berasrama. Hal ini penting, supaya tidak terjadi saling menyalahkan dalam proses pendidikan antara guru sekolah dan guru asrama.

3. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum akademiknya dapt dipastikan hampir sedikit perbedaannya, semuanya mengacu pada kurikulum KTSP produk DEPDIKNAS dengan ditambah pengayaan tau suplemen kurikulum internasional dan muatan local. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat militer sampai yang sangat lunak (permisive).



D. SOLUSI
Pendekatan Menyeluruh Sebagai Solusi

Dari data yang saya peroleh, bahwa hampir 75 % siswa yang bersekolah di sekolah berasrama adalah kemauan orang tuanya. Akibatnya,dibutuhkan waktu yang lama (rata-rata 4 bulan) untuk siswa menyesuikan diri dan masuk ke dalam konsep pendidikan boarding yang integrative. Hal ini disebabkan karena citra sekolah berasrama yang kaku, menakutkan, membosankan (bukan boarding school tapi boring school). Oleh sebab itu perlu di-design sekolah berasrama yang menarik, nyaman dan menyenangkan.

Konsep sekolah berasrama perlu pendekatan menyeluruh, terutama dalam memhami peserta didik. Sekolah berasrama tidak cukup dengan hanya menyediakan fasilitas akademik dan fasilitas menginap yang memadai bagi siswa, tetpi juga menyediakan guru yang mampu menggantikan peran orang tua dalam pembentukan watak dan karakter iswa. Kedekatan antara siswa dan guru dalam sekolah berasrama yang tercipta oleh intensitas pertemuan yang memadai akan mempermudah transfer ilmu dari pendidik ke peserta didik. Kedekatan akan mengubah posisi guru di mata para murid. Dari sosok yang ditakuti atau disegani menjadi sosok yang ingin diteladani. DR. GEORGI LOZANOV (1897) menyatakan bahwa suatu tindak tanduk yang diperlihatkan oleh gurunya kepada siswa dalam proses belajarnya, merupakan tindakan yang paling berpengaruh, sangat ampuh serta efektif dalam pembentukan kepribadian mereka.

Keteladanan secara personality dapat membangun kepercayaan diri untuk dapat berkomunikasi secara internal personality. Keteladanan, ketulusan, kongkruensi dan kesiapsiagaan guru mereka 1x24 jam akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi mereka sebagi pelajar. Hal itu akan mempercepat pertumbuhan kecerdaan emosionalnya. Jika metode pembel jarannya diberdayakan secara maksimal, maka kesuksesan para pelajar akan lebih mudah untuk direalisasikan. Namun untuk itu dibutuhkan seorang QUANTUM THEACHER yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektiff. Harmonisasi keduanya akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa.

E. PENUTUP
Sekolah berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua ntuk menykolahkan anaknya dlam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru dan pengasuh sekolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk dalam dunia nyata dengan modal cukup, tidak hanya Hard Competency tetapi juga Soft Competency sehngga mereka mempunya senjata yang ampuh untuk memasuki dan menaklukan tantangan zaman. Di sekolah berasrama anak dituntut untuk menjadi manusia yang berkontribusi besar terhadap kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinyadan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk agama, bangsa dan Negara. Oleh karena itu dukungan fasilitasaterbaik dan tenaga pengajar berkualitas dan lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut. Amiin