Kamis, 08 April 2010

KEUNGGULAN, PROBLEM DAN SOLUSI PENDIDIKAN SEKOLAH BERASRAMA (BOARDING SCHOOL)


A. PENDAHULUAN
Sesungguhnya term pendidikan school bukan sesuatu yang baru dalam konteks pendidikan di Indonesia . Karena sudah sejak lama lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia menghadirkan konsep pendidikan Boarding School yang diberi nama Pondok Psantren . Pondok Pesantren ini adalah cikal bakal boarding school di Indonesia. Dalam lembaga ini diajarkan secara intensif ilmu-ilmu keagamaan dengan tingkat tertentu sehingga produknya bias menjadi Kyai atau ustadz yang nantinya akan bergerak dalam bidang dakwah dan keagamaan dalam masyarakat. Di Indonesia terdapat ribuan pondok pesantren dari yang tradisional sampai yang memberikan nama pondok pesantren modern.
Ketika dipertengahan tahun 1990 an masyarakat Indonesia mulai gelisah dengan kondisi generasi bangsa yang cenderung terdikotomi secara ekstrem –yang pesantren terlalu keagamaan dan yang sekolah umum terlalu keduniawian-ada upayauntuk mengawinkan pendidikan umum dan pesantren dengan melahirkan term baru yang disebut Boarding School atau internat yang bertujuan untuk melaksanakan pendidkan yang lebih komprehensif-holistik ,ilmu dunia (umum) dapat dicapai dan ilmu agama juga dikuasai. Maka sejak itu mulai munculah banyak sekolah boarding yang didirikan yaitu SMA Madania di Parung Bogor, SMA Al-Azhar di Lippo Cikarang, SMA Insan Cendekia di Serpong,SMP dan SMA Al-Kautsar di Sukabumi, CMBBS di Pandeglang Banten, dan masih banyak yang lainnya.
Dari banyak sekolah-sekolah boarding school di Indonesia, terdapat tiga corak yaitu, bercorak agama, nasionalis-relegius dan ada yang bercorak nasionalis. Untuk yang bercorak agama terbagi dalam banyak corak,ada yang fundamentalis, moderat sampai yang agak liberal. Hal ini lebih merupakan representasi dari corak keberagamaan di Indonesia yang umumnya mengambil tiga bentuk tersebut. Yang bercorak nasionalis mengadopsi militer karena ingin mentransformasikan pola pendidikan kedisiplinan di militer ke dalam pendidikan sekolah boarding. Sedangkan corak nasionalis-religius mengambil posisi pada pendidikan semi militer yang dipadu dengan nuansa agama dalam pembinaan di sekolah.
Kehadiran boarding school telah memberikan alternative pendidikan bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya.

B. KEUNGGULAN BOARDING SCHOOL
1. Pogram Pendidikan Paripurna
Umumnya sekolah-sekolah regular

terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis, sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan regular. Sebaliknya sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistik dari program pendidikan kaagamaan, academic development, life skill sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis , tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup.

2. Fasilitas Lengkap
Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap, sebagai penunjang pencapaian target program pendidikan sekolah berasrama. Dengan fsilitas lengkap sekolah dapat mengekplaitasi potensi unuk membngun lembaga pendidikan yang kompeten dalam menghasilkan output yang berkualitas.

3. Guru Berkualitas
Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih baik jika dibandngkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intelektual, social, spiritual, dan kemampuan pedagogis-metodologis,serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahasa asing (arab, inggris).

4. Lingkungan Kondusif
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam kompleks sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran,tapi semua orang dewasa yang ada di Boarding School adalah guru. Siwa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Begitu juga dalam membangun religious society, maka semua elemen yang terlibat mengimplmentasikan agama secara baik.

5. Siswa Heterogen
Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat heterogenitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kmampuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan nasional dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargi pluralitas.

6. Jaminan Keamanan
Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Makanya, banyak sekolh berasrama yang mengadop pola penidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasrama, mulai dari jaminan kesehatan, pembentengan terhadap NARKOBA, pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya.




7. Jaminan Kualitas
Sekolah berasrama dengan program yang komprehenif-holistik, fasilitas yang memadai, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Sekolah-sekolah berasrama dapat melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejitkan bakat dan potensi individualnya.

C. PROBLEM SEKOLAH BERASRAMA
Sampai saat ini sekolah-sekolah berasrama dalam pengamatan saya masih banyak mempunyai persoalan yang belum dapat diatasi sehingga banyak sekolah berasrama layu sebelum berkembangdan itu terjadi pada sekolah-sekolah boarding perintis. Fakor-faktornya adalah sebagai berikut :

1. Ideology Sekolah Berasrama yang Tidak Jelas
Term ideology saya unakan unuk menjelaskan tipologi atau corak sekolah berasrama, apakah religious, nasionlis atau nasionalis-religious. Yang mengambil corak religius sangat beragam dri yang fundamentalis, moderat sampai libral. Masalahnya dalam implementasi ideologinya tidak dilakukan secara kaffah. Terlalu banyak improvisasi yang bias dan keluar dari pakem atau frame ideology trsebut. Hal itu juga serupa dengan nasionalis, tidak mengadop pol-pola pendidikan militer secara utuh, akibatnya terdapt kekerasandalam sekolah berasrama. Sementara yang nasionalis-religius dalam praktek sekolah berasrama masih belum jelas formatnya.

2. Dikotomi Guru Sekolah vs Guru Asrama (pengasuhan)
Sampai saat ini sekolah berasrama kesulitan mencari guru yang cocok untuk sekolah berasrama. Perguruan Tinggi tidak mempoduksi guru-guru sekolah berasrama. Akibatnya, masing-masing sekolah mendidik guru asramanya sendiri itu dengan pengetahuan yang dimiliki lembaga tersebut. Guru sekolah (mata pelajaran) bertugas hanya untuk mengajar mta pelajarannya, sementara guu pengasuhan adalah tersendiri hanya bicara soal pengasuhan. Padahal idealnya, dua kompetensi tersebut harus melekat dalam sekolah berasrama. Hal ini penting, supaya tidak terjadi saling menyalahkan dalam proses pendidikan antara guru sekolah dan guru asrama.

3. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku
Salah satu yang membedakan sekolah-sekolah berasrama adalah kurikulum pengasuhannya. Kalau bicara kurikulum akademiknya dapt dipastikan hampir sedikit perbedaannya, semuanya mengacu pada kurikulum KTSP produk DEPDIKNAS dengan ditambah pengayaan tau suplemen kurikulum internasional dan muatan local. Tapi kalau bicara tentang pola pengasuhan sangat beragam, dari yang sangat militer sampai yang sangat lunak (permisive).



D. SOLUSI
Pendekatan Menyeluruh Sebagai Solusi

Dari data yang saya peroleh, bahwa hampir 75 % siswa yang bersekolah di sekolah berasrama adalah kemauan orang tuanya. Akibatnya,dibutuhkan waktu yang lama (rata-rata 4 bulan) untuk siswa menyesuikan diri dan masuk ke dalam konsep pendidikan boarding yang integrative. Hal ini disebabkan karena citra sekolah berasrama yang kaku, menakutkan, membosankan (bukan boarding school tapi boring school). Oleh sebab itu perlu di-design sekolah berasrama yang menarik, nyaman dan menyenangkan.

Konsep sekolah berasrama perlu pendekatan menyeluruh, terutama dalam memhami peserta didik. Sekolah berasrama tidak cukup dengan hanya menyediakan fasilitas akademik dan fasilitas menginap yang memadai bagi siswa, tetpi juga menyediakan guru yang mampu menggantikan peran orang tua dalam pembentukan watak dan karakter iswa. Kedekatan antara siswa dan guru dalam sekolah berasrama yang tercipta oleh intensitas pertemuan yang memadai akan mempermudah transfer ilmu dari pendidik ke peserta didik. Kedekatan akan mengubah posisi guru di mata para murid. Dari sosok yang ditakuti atau disegani menjadi sosok yang ingin diteladani. DR. GEORGI LOZANOV (1897) menyatakan bahwa suatu tindak tanduk yang diperlihatkan oleh gurunya kepada siswa dalam proses belajarnya, merupakan tindakan yang paling berpengaruh, sangat ampuh serta efektif dalam pembentukan kepribadian mereka.

Keteladanan secara personality dapat membangun kepercayaan diri untuk dapat berkomunikasi secara internal personality. Keteladanan, ketulusan, kongkruensi dan kesiapsiagaan guru mereka 1x24 jam akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi mereka sebagi pelajar. Hal itu akan mempercepat pertumbuhan kecerdaan emosionalnya. Jika metode pembel jarannya diberdayakan secara maksimal, maka kesuksesan para pelajar akan lebih mudah untuk direalisasikan. Namun untuk itu dibutuhkan seorang QUANTUM THEACHER yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektiff. Harmonisasi keduanya akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa.

E. PENUTUP
Sekolah berasrama adalah alternative terbaik buat para orang tua ntuk menykolahkan anaknya dlam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru dan pengasuh sekolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk dalam dunia nyata dengan modal cukup, tidak hanya Hard Competency tetapi juga Soft Competency sehngga mereka mempunya senjata yang ampuh untuk memasuki dan menaklukan tantangan zaman. Di sekolah berasrama anak dituntut untuk menjadi manusia yang berkontribusi besar terhadap kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinyadan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk agama, bangsa dan Negara. Oleh karena itu dukungan fasilitasaterbaik dan tenaga pengajar berkualitas dan lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut. Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar